Pagi yang kataku kelam mulai menyapa, Detik menit
jam mulai berjalan, yahhh, seperti biasa, bangun tidur, dilanjutkan dengan
Shalat subuh, lalu bersantai lagi sembari menunggu sang mentari bangun dari
tidurnya. Berharap sinar mentari menyapaku dengan ramah pagi ini. Seperti
biasa, seperti rutinitas yang biasa aku lakukan, beranjak dari tempat tidur,
kulanjutkan dengan beres-beres rumah, layaknya tugas anak perempuan pada umum
nya. Begitu seterusnya yang aku lakukan setiap hari, membosankan memang. Tapi
sedikit informasi, aku sangat menikmati apa yang aku jalani sekarang. Walaupun
kondisi bumi sekarang yang sedang jauh dari kata baik-baik saja, sehingga
memaksaku untuk menghabiskan separuh dari waktu ku untuk dirumah saja saat ini.
Sampai perkuliahan ku pun harus dilakukan dari rumah. Iya, aku merupakan
mahasiswi semester akhir yang sedang menikmati sebuah drama perkuliahan di
semester akhir. Mulai dari tugas deadline, seminar, magang, dan KKN serta semua
yang menurut ku drama dengan harapan agar semua ini segera berakhir dan jadi
kisah masalalu ku di masa depan .
Sedikit kisah, pasti salah satu dari kalian atau
kebanyakan dari kalian pernah merasakan sama yang namanya ingin cepat-cepat
jadi anak kuliahan dan merantau kesalah satu kota dibelahan bumi Indonesia ini.
Dan semua ekspektasi kalian jikalau merantau kalian akan merasakan yang namanya
“kebebasan”, tidak ada yang memarahi ketika pulang malam atau pulang telat,
tidak ada yang sibuk dengan urusanmu, tidak ada yang protes ketika kalian
memainkan hp 24jam full lamanya, dan semua kebebasan yang menurut kalian akan
sangat menyenangkan jika diposisi itu.
Tapi percayalah , semua itu hanyalah ekspektasi
belaka saja. Iya itu menurut ku menurut ku yang sudah menjalani nya selama
kurang lebih 3 tahun dinobatkan oleh semesta bahwa aku merupakan anak rantau,
yang jauh dari orang tua dan keluarga. awalnya aku sama seperti kalian,
berpikir bahwa menjadi anak rantau itu enak, akan tetapi setelah merasakan nya,
aku sedikit menyesal sudah menerima ditempatkan di tanah asing ini. Kok gitu ?
iya karena setelah aku sah menjadi anak rantau, semua berasa banyak berbeda
bukan sedikit berbeda. Tidak ada lagi suara bunda yang mengingatkanku untuk
makan, membangun ku tidur di pagi hari, mengingatkan ku untuk melakukan
kewajiban yaitu shalat, tidak ada lagi yang memarahi ku ketika aku pulang telat
kerumah, dan semua yang biasanya ada dalam kehidupan ku selama aku masih
dirumah dan belum menjadi seorang mahasiswi.
Banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan selama aku
merantau, dari mulai belajar mandiri, sampai merasakan mencari sedikit rupiah
sendiri, iya benar, mencari sedikit rupiah itu susah. Iya, aku merasakannya,
dimana aku mencoba untuk melakukan kerja part time, dari mulai jualan roti
bandung di pinggir jalan, bekerja dikonter, sampai jadi waiters di sebuah kedai
kopi di kota tempat aku melakukan studi. Tidak mudah memang, tapi dari sanalah
pelajaran hidup aku dapatkan, dan sadar bahwa hidup bukan hanya tentang
kesenangan akan tetapi tentang perjuangan, aku mulai tau cara menghargai waktu,
menghargai apa yang aku miliki, dan semua yang baru kudapatkan setelah aku
merasakan dunia baru bagiku.
Waktu berlalu cepat, pagi mulai ingin beranjak
pergi, dan digantikan dengan siang yang panasnya lebih panas dari panasnya
pagi, terik nya begitu menyengat kulitku yang cokelat ini, ya itu kataku, bukan
orang lain. Terkadang aku sempat berpikir sedikit mengenai kehidupan ku,
rasanya waktu memang begitu cepat berlalu, rasanya baru saja aku menjadi
seorang siswi TK yang tertawa lepas bermain perosotan di Taman Kanak-Kanak,
bermain kelereng bersama teman-teman mengenakan seragam putih merah di Sekolah
Dasar, menikmati menjadi salah satu siswi berprestasi yang popular pada masanya
semasa mengenakan seragam putih biru ku, yaitu SMP, serta merasakan yang
namanya patah hati terhebat semasa aku mengenakan seragam putih abu ku, yaitu
SMA.
Setelah kurang lebih 12 tahun bersekolah, akhirnya
aku di asingkan pada salah satu kota yang menurut pemikiran ku dulu, kota yang
keras, dan banyak sekali penjahat. Hahaha… katakanlah pemikiran ku saat itu
belum sepenuh nya terbuka akan semua nya, dan masih berpikiran sangat sempit
layaknya kamar kost-kostan. Waktu berlalu, setelah melakukan sebuah tes
tertulis, aku diterima disalah satu Universitas Islam Negeri di fakultas
Tarbiyah atau lebih dikenal dengan Fakultas pendidikan. Aneh sekali rasanya
ketika aku mengakui bahwa aku berada difakultas pendidikan saat ini. Bingung
sekali rasanya … menyesal, tentu saja ada, tapi itu ketika aku berada
disemester awal, lambat laun semua aku terima dengan ikhlas, hanya untuk
menyenangkan hati orang tuaku. Terdengar aneh sekali emang, ketika orang pada
umumnya kuliah untuk mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan, tapi aku tidak
begitu, alasan ku hanyalah orangtuaku, aku jelaskan sekarang
Cita-cita ku dulu ingin menjadi seorang Taruni di
salah satu Ikatan Dinas di Indonesia ini, iya itu impiakan ku, impian ku yang
sekarang harus ku pendam dalam-dalam, lalu impian ku lainnya ialah menjadi
seorang fotografer hebat, seperti idolaku, Adek Berry atau Darwis Triadi. Sejak dulu aku memang sangat menyukai bidang
fotografi dan editing, akan tetapi orang tuaku tidak merestui apa yang
kuinginkan, kata mereka sih jadi guru kedepannya akan jauh lebih bagus dan sangat
baik, akhirnya dengan sedikit berat hati aku mengiyakan keinginan orang tuaku.
Lalu bagaimana dengan hobi dan impian ku, apakah aku lupakan dan aku buang jauh
? tentu saja jawaban nya tidak! Karena impian ku itu walaupun tidak dapat aku
rasakan jurusan nya, akan tetapi aku jadikan hobi disela kuliah ku, disisi lain
aku kuliah jurusan guru, disisi lain aku juga mengembangkan hobi ku itu, dengan
cara apa ? tentu saja aku belajar dari orang-orang yang menurut ku hebat yang
aku kenal.
Muncul pertanyaan orang-orang tentang bagaimana aku
menjalankan semuanya dan bertahan dijurusan yang sama sekali buka fashion
diriku. Satu yang aku selalu ingat “YAKIN”, iya keyakinan akan selalu aku
genggam kemanapun kaki ku melangkah, walaupun berat akan tetapi aku yakin bahwasanya
jika dilakukan dengan sebuah keikhlasan maka sesuatu yang sekalipun bukan kita
inginkan akan terasa mudah bahkan menyenangkan jika dijalani, begitu
sebaliknya, jika sesuatu tersebut kita jalani dengan keterpaksaan maka akan
sangat begitu sulit dijalankan, karena begini, Tuhan tidak akan memberikan apa
yang kita inginkan akan tetapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Jadi, apa
yang tidak kita sukai belum tentu jadi bencana buat kita, karena dibalik apa
yang tidak kita sukai ada kebahagiaan didalamnya yang kita tidak tau kapan
kebahagiaan itu dapat kita rasakan, semua hanyalah rahasia Tuhan. Maka dari itu
jalani semua nya dengan ikhlas, belajar untuk mencintai sesuatu yang tidak kita
cintai, layaknya sebuah batu yang lama kelamaan juga bakalan pecah jika
ditetesin dengan air terus-menerus, dan satu lagi jangan sekalipun merasa bahwasanya
semua itu adalah beban, masih ingin merutuki, aku rasa jangan, semangat ya …