Minggu, 07 Juni 2020

Ketidaksukaan jangan jadi “Kutukan”


Pagi yang kataku kelam mulai menyapa, Detik menit jam mulai berjalan, yahhh, seperti biasa, bangun tidur, dilanjutkan dengan Shalat subuh, lalu bersantai lagi sembari menunggu sang mentari bangun dari tidurnya. Berharap sinar mentari menyapaku dengan ramah pagi ini. Seperti biasa, seperti rutinitas yang biasa aku lakukan, beranjak dari tempat tidur, kulanjutkan dengan beres-beres rumah, layaknya tugas anak perempuan pada umum nya. Begitu seterusnya yang aku lakukan setiap hari, membosankan memang. Tapi sedikit informasi, aku sangat menikmati apa yang aku jalani sekarang. Walaupun kondisi bumi sekarang yang sedang jauh dari kata baik-baik saja, sehingga memaksaku untuk menghabiskan separuh dari waktu ku untuk dirumah saja saat ini. Sampai perkuliahan ku pun harus dilakukan dari rumah. Iya, aku merupakan mahasiswi semester akhir yang sedang menikmati sebuah drama perkuliahan di semester akhir. Mulai dari tugas deadline, seminar, magang, dan KKN serta semua yang menurut ku drama dengan harapan agar semua ini segera berakhir dan jadi kisah masalalu ku di masa depan .
Sedikit kisah, pasti salah satu dari kalian atau kebanyakan dari kalian pernah merasakan sama yang namanya ingin cepat-cepat jadi anak kuliahan dan merantau kesalah satu kota dibelahan bumi Indonesia ini. Dan semua ekspektasi kalian jikalau merantau kalian akan merasakan yang namanya “kebebasan”, tidak ada yang memarahi ketika pulang malam atau pulang telat, tidak ada yang sibuk dengan urusanmu, tidak ada yang protes ketika kalian memainkan hp 24jam full lamanya, dan semua kebebasan yang menurut kalian akan sangat menyenangkan jika diposisi itu.
Tapi percayalah , semua itu hanyalah ekspektasi belaka saja. Iya itu menurut ku menurut ku yang sudah menjalani nya selama kurang lebih 3 tahun dinobatkan oleh semesta bahwa aku merupakan anak rantau, yang jauh dari orang tua dan keluarga. awalnya aku sama seperti kalian, berpikir bahwa menjadi anak rantau itu enak, akan tetapi setelah merasakan nya, aku sedikit menyesal sudah menerima ditempatkan di tanah asing ini. Kok gitu ? iya karena setelah aku sah menjadi anak rantau, semua berasa banyak berbeda bukan sedikit berbeda. Tidak ada lagi suara bunda yang mengingatkanku untuk makan, membangun ku tidur di pagi hari, mengingatkan ku untuk melakukan kewajiban yaitu shalat, tidak ada lagi yang memarahi ku ketika aku pulang telat kerumah, dan semua yang biasanya ada dalam kehidupan ku selama aku masih dirumah dan belum menjadi seorang mahasiswi.
Banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan selama aku merantau, dari mulai belajar mandiri, sampai merasakan mencari sedikit rupiah sendiri, iya benar, mencari sedikit rupiah itu susah. Iya, aku merasakannya, dimana aku mencoba untuk melakukan kerja part time, dari mulai jualan roti bandung di pinggir jalan, bekerja dikonter, sampai jadi waiters di sebuah kedai kopi di kota tempat aku melakukan studi. Tidak mudah memang, tapi dari sanalah pelajaran hidup aku dapatkan, dan sadar bahwa hidup bukan hanya tentang kesenangan akan tetapi tentang perjuangan, aku mulai tau cara menghargai waktu, menghargai apa yang aku miliki, dan semua yang baru kudapatkan setelah aku merasakan dunia baru bagiku.
Waktu berlalu cepat, pagi mulai ingin beranjak pergi, dan digantikan dengan siang yang panasnya lebih panas dari panasnya pagi, terik nya begitu menyengat kulitku yang cokelat ini, ya itu kataku, bukan orang lain. Terkadang aku sempat berpikir sedikit mengenai kehidupan ku, rasanya waktu memang begitu cepat berlalu, rasanya baru saja aku menjadi seorang siswi TK yang tertawa lepas bermain perosotan di Taman Kanak-Kanak, bermain kelereng bersama teman-teman mengenakan seragam putih merah di Sekolah Dasar, menikmati menjadi salah satu siswi berprestasi yang popular pada masanya semasa mengenakan seragam putih biru ku, yaitu SMP, serta merasakan yang namanya patah hati terhebat semasa aku mengenakan seragam putih abu ku, yaitu SMA.
Setelah kurang lebih 12 tahun bersekolah, akhirnya aku di asingkan pada salah satu kota yang menurut pemikiran ku dulu, kota yang keras, dan banyak sekali penjahat. Hahaha… katakanlah pemikiran ku saat itu belum sepenuh nya terbuka akan semua nya, dan masih berpikiran sangat sempit layaknya kamar kost-kostan. Waktu berlalu, setelah melakukan sebuah tes tertulis, aku diterima disalah satu Universitas Islam Negeri di fakultas Tarbiyah atau lebih dikenal dengan Fakultas pendidikan. Aneh sekali rasanya ketika aku mengakui bahwa aku berada difakultas pendidikan saat ini. Bingung sekali rasanya … menyesal, tentu saja ada, tapi itu ketika aku berada disemester awal, lambat laun semua aku terima dengan ikhlas, hanya untuk menyenangkan hati orang tuaku. Terdengar aneh sekali emang, ketika orang pada umumnya kuliah untuk mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan, tapi aku tidak begitu, alasan ku hanyalah orangtuaku, aku jelaskan sekarang
Cita-cita ku dulu ingin menjadi seorang Taruni di salah satu Ikatan Dinas di Indonesia ini, iya itu impiakan ku, impian ku yang sekarang harus ku pendam dalam-dalam, lalu impian ku lainnya ialah menjadi seorang fotografer hebat, seperti idolaku, Adek Berry atau Darwis Triadi.  Sejak dulu aku memang sangat menyukai bidang fotografi dan editing, akan tetapi orang tuaku tidak merestui apa yang kuinginkan, kata mereka sih jadi guru kedepannya akan jauh lebih bagus dan sangat baik, akhirnya dengan sedikit berat hati aku mengiyakan keinginan orang tuaku. Lalu bagaimana dengan hobi dan impian ku, apakah aku lupakan dan aku buang jauh ? tentu saja jawaban nya tidak! Karena impian ku itu walaupun tidak dapat aku rasakan jurusan nya, akan tetapi aku jadikan hobi disela kuliah ku, disisi lain aku kuliah jurusan guru, disisi lain aku juga mengembangkan hobi ku itu, dengan cara apa ? tentu saja aku belajar dari orang-orang yang menurut ku hebat yang aku kenal.
Muncul pertanyaan orang-orang tentang bagaimana aku menjalankan semuanya dan bertahan dijurusan yang sama sekali buka fashion diriku. Satu yang aku selalu ingat “YAKIN”, iya keyakinan akan selalu aku genggam kemanapun kaki ku melangkah, walaupun berat akan tetapi aku yakin bahwasanya jika dilakukan dengan sebuah keikhlasan maka sesuatu yang sekalipun bukan kita inginkan akan terasa mudah bahkan menyenangkan jika dijalani, begitu sebaliknya, jika sesuatu tersebut kita jalani dengan keterpaksaan maka akan sangat begitu sulit dijalankan, karena begini, Tuhan tidak akan memberikan apa yang kita inginkan akan tetapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Jadi, apa yang tidak kita sukai belum tentu jadi bencana buat kita, karena dibalik apa yang tidak kita sukai ada kebahagiaan didalamnya yang kita tidak tau kapan kebahagiaan itu dapat kita rasakan, semua hanyalah rahasia Tuhan. Maka dari itu jalani semua nya dengan ikhlas, belajar untuk mencintai sesuatu yang tidak kita cintai, layaknya sebuah batu yang lama kelamaan juga bakalan pecah jika ditetesin dengan air terus-menerus, dan satu lagi jangan sekalipun merasa bahwasanya semua itu adalah beban, masih ingin merutuki, aku rasa jangan, semangat ya …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketidaksukaan jangan jadi “Kutukan”

Pagi yang kataku kelam mulai menyapa, Detik menit jam mulai berjalan, yahhh, seperti biasa, bangun tidur, dilanjutkan dengan Shalat subuh,...