Minggu, 07 Juni 2020

Ketidaksukaan jangan jadi “Kutukan”


Pagi yang kataku kelam mulai menyapa, Detik menit jam mulai berjalan, yahhh, seperti biasa, bangun tidur, dilanjutkan dengan Shalat subuh, lalu bersantai lagi sembari menunggu sang mentari bangun dari tidurnya. Berharap sinar mentari menyapaku dengan ramah pagi ini. Seperti biasa, seperti rutinitas yang biasa aku lakukan, beranjak dari tempat tidur, kulanjutkan dengan beres-beres rumah, layaknya tugas anak perempuan pada umum nya. Begitu seterusnya yang aku lakukan setiap hari, membosankan memang. Tapi sedikit informasi, aku sangat menikmati apa yang aku jalani sekarang. Walaupun kondisi bumi sekarang yang sedang jauh dari kata baik-baik saja, sehingga memaksaku untuk menghabiskan separuh dari waktu ku untuk dirumah saja saat ini. Sampai perkuliahan ku pun harus dilakukan dari rumah. Iya, aku merupakan mahasiswi semester akhir yang sedang menikmati sebuah drama perkuliahan di semester akhir. Mulai dari tugas deadline, seminar, magang, dan KKN serta semua yang menurut ku drama dengan harapan agar semua ini segera berakhir dan jadi kisah masalalu ku di masa depan .
Sedikit kisah, pasti salah satu dari kalian atau kebanyakan dari kalian pernah merasakan sama yang namanya ingin cepat-cepat jadi anak kuliahan dan merantau kesalah satu kota dibelahan bumi Indonesia ini. Dan semua ekspektasi kalian jikalau merantau kalian akan merasakan yang namanya “kebebasan”, tidak ada yang memarahi ketika pulang malam atau pulang telat, tidak ada yang sibuk dengan urusanmu, tidak ada yang protes ketika kalian memainkan hp 24jam full lamanya, dan semua kebebasan yang menurut kalian akan sangat menyenangkan jika diposisi itu.
Tapi percayalah , semua itu hanyalah ekspektasi belaka saja. Iya itu menurut ku menurut ku yang sudah menjalani nya selama kurang lebih 3 tahun dinobatkan oleh semesta bahwa aku merupakan anak rantau, yang jauh dari orang tua dan keluarga. awalnya aku sama seperti kalian, berpikir bahwa menjadi anak rantau itu enak, akan tetapi setelah merasakan nya, aku sedikit menyesal sudah menerima ditempatkan di tanah asing ini. Kok gitu ? iya karena setelah aku sah menjadi anak rantau, semua berasa banyak berbeda bukan sedikit berbeda. Tidak ada lagi suara bunda yang mengingatkanku untuk makan, membangun ku tidur di pagi hari, mengingatkan ku untuk melakukan kewajiban yaitu shalat, tidak ada lagi yang memarahi ku ketika aku pulang telat kerumah, dan semua yang biasanya ada dalam kehidupan ku selama aku masih dirumah dan belum menjadi seorang mahasiswi.
Banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan selama aku merantau, dari mulai belajar mandiri, sampai merasakan mencari sedikit rupiah sendiri, iya benar, mencari sedikit rupiah itu susah. Iya, aku merasakannya, dimana aku mencoba untuk melakukan kerja part time, dari mulai jualan roti bandung di pinggir jalan, bekerja dikonter, sampai jadi waiters di sebuah kedai kopi di kota tempat aku melakukan studi. Tidak mudah memang, tapi dari sanalah pelajaran hidup aku dapatkan, dan sadar bahwa hidup bukan hanya tentang kesenangan akan tetapi tentang perjuangan, aku mulai tau cara menghargai waktu, menghargai apa yang aku miliki, dan semua yang baru kudapatkan setelah aku merasakan dunia baru bagiku.
Waktu berlalu cepat, pagi mulai ingin beranjak pergi, dan digantikan dengan siang yang panasnya lebih panas dari panasnya pagi, terik nya begitu menyengat kulitku yang cokelat ini, ya itu kataku, bukan orang lain. Terkadang aku sempat berpikir sedikit mengenai kehidupan ku, rasanya waktu memang begitu cepat berlalu, rasanya baru saja aku menjadi seorang siswi TK yang tertawa lepas bermain perosotan di Taman Kanak-Kanak, bermain kelereng bersama teman-teman mengenakan seragam putih merah di Sekolah Dasar, menikmati menjadi salah satu siswi berprestasi yang popular pada masanya semasa mengenakan seragam putih biru ku, yaitu SMP, serta merasakan yang namanya patah hati terhebat semasa aku mengenakan seragam putih abu ku, yaitu SMA.
Setelah kurang lebih 12 tahun bersekolah, akhirnya aku di asingkan pada salah satu kota yang menurut pemikiran ku dulu, kota yang keras, dan banyak sekali penjahat. Hahaha… katakanlah pemikiran ku saat itu belum sepenuh nya terbuka akan semua nya, dan masih berpikiran sangat sempit layaknya kamar kost-kostan. Waktu berlalu, setelah melakukan sebuah tes tertulis, aku diterima disalah satu Universitas Islam Negeri di fakultas Tarbiyah atau lebih dikenal dengan Fakultas pendidikan. Aneh sekali rasanya ketika aku mengakui bahwa aku berada difakultas pendidikan saat ini. Bingung sekali rasanya … menyesal, tentu saja ada, tapi itu ketika aku berada disemester awal, lambat laun semua aku terima dengan ikhlas, hanya untuk menyenangkan hati orang tuaku. Terdengar aneh sekali emang, ketika orang pada umumnya kuliah untuk mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan, tapi aku tidak begitu, alasan ku hanyalah orangtuaku, aku jelaskan sekarang
Cita-cita ku dulu ingin menjadi seorang Taruni di salah satu Ikatan Dinas di Indonesia ini, iya itu impiakan ku, impian ku yang sekarang harus ku pendam dalam-dalam, lalu impian ku lainnya ialah menjadi seorang fotografer hebat, seperti idolaku, Adek Berry atau Darwis Triadi.  Sejak dulu aku memang sangat menyukai bidang fotografi dan editing, akan tetapi orang tuaku tidak merestui apa yang kuinginkan, kata mereka sih jadi guru kedepannya akan jauh lebih bagus dan sangat baik, akhirnya dengan sedikit berat hati aku mengiyakan keinginan orang tuaku. Lalu bagaimana dengan hobi dan impian ku, apakah aku lupakan dan aku buang jauh ? tentu saja jawaban nya tidak! Karena impian ku itu walaupun tidak dapat aku rasakan jurusan nya, akan tetapi aku jadikan hobi disela kuliah ku, disisi lain aku kuliah jurusan guru, disisi lain aku juga mengembangkan hobi ku itu, dengan cara apa ? tentu saja aku belajar dari orang-orang yang menurut ku hebat yang aku kenal.
Muncul pertanyaan orang-orang tentang bagaimana aku menjalankan semuanya dan bertahan dijurusan yang sama sekali buka fashion diriku. Satu yang aku selalu ingat “YAKIN”, iya keyakinan akan selalu aku genggam kemanapun kaki ku melangkah, walaupun berat akan tetapi aku yakin bahwasanya jika dilakukan dengan sebuah keikhlasan maka sesuatu yang sekalipun bukan kita inginkan akan terasa mudah bahkan menyenangkan jika dijalani, begitu sebaliknya, jika sesuatu tersebut kita jalani dengan keterpaksaan maka akan sangat begitu sulit dijalankan, karena begini, Tuhan tidak akan memberikan apa yang kita inginkan akan tetapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Jadi, apa yang tidak kita sukai belum tentu jadi bencana buat kita, karena dibalik apa yang tidak kita sukai ada kebahagiaan didalamnya yang kita tidak tau kapan kebahagiaan itu dapat kita rasakan, semua hanyalah rahasia Tuhan. Maka dari itu jalani semua nya dengan ikhlas, belajar untuk mencintai sesuatu yang tidak kita cintai, layaknya sebuah batu yang lama kelamaan juga bakalan pecah jika ditetesin dengan air terus-menerus, dan satu lagi jangan sekalipun merasa bahwasanya semua itu adalah beban, masih ingin merutuki, aku rasa jangan, semangat ya …

Kamis, 23 April 2020

Belajar Debit dengan Otak Kanan

Salah satu perbedaan fungsi otak kiri dan kanan adalah bentuk pemikiran otak kiri dituangkan dalam kata-kata, sementara pemikiran otak kanan berupa gambar(visual). Kelebihan belajar dengan metode otak kanan adalah membantu mengingat dan menghafal dengan cepat salah satunya menghafal rumus debit air.

Sebelum masuk materi debit, ajak adik kalian berlatih mengubah satuan jarak, volume dan waktu seperti di bawah ini.
  • 1 m3 = ... cm3                              
  • 100 dm3 = ... m3                          
  • 1 liter = ... dm3                          
  • 1 m3/jam = ... dm3/jam                
  • 1 menit = ...  detik
  • 1  jam = ...  menit
  • 180 detik = ... menit
  • 3 liter/jam = ... cm3/menit
Sebaiknya kita juga mempelajari ini dulu ya...
Menghafal tangga satuan jarak

Menghafal Satuan Jarak

Untuk menghafalkan tangga satuan jarak, bisa diajarkan dengan menyanyikannya menggunakan lirik lagu anak-anak (Makan apa, makan apa, makan apa sekarang). Syair lagu diganti kilometer, hektometer, dekameter, meter ... desimeter, centimeter, milimeter. Selesai. Dengan menyanyikannya, dijamin anak-anak cepat hafal. Sudah terbukti.


Karena ini materi tentang debit, maka setiap tangga harus dipahami bernilai 1000 tiap tingkatnya. Jika naik tangga maka dibagi 1000, jika turun tangga maka dikali 1000. Pada satuan volume terdapat tanda kubik (pangkat 3).

Terangkan pula bahwa satuan volume adalah liter, dm3, ml , cm3, cc.

Konversi satuan volume

Konversi satuan volume



Konversi satuan waktu


Konversi satuan waktu

Mengubah satuan waktu

Setelah menghafal satuan jarak, memahami konversi satuan volume dan waktu, kita akan menemukan jawaban dari latihan soal di atas dengan mudah.
  • 1 m3 = 1x1000.000=1000.000 cm3                              
  • 100 dm3 = 100x1000=100.000 m3                          
  • 1 liter = 1 dm3                          
  • 1 m3/jam = 1x1000=1000 dm3/jam                
  • 1 menit = 1x60 = 60 detik
  • 1  jam = 1x60=60 menit
  • 180 detik = 180 : 60=3 menit
  • 3 liter/jam = 3x1000=3000 : 60= 50 cm3/menit
Saatnya menghitung debit
Bila adik-adik sudah mampu mengubah satuan volume dan waktu seperti contoh di atas, maka kita dapat melanjutkan dan masuk pada materi utama, yaitu debit.

Rumus debit adalah :

Rumus Debit Air

Debit  =  Volume : Waktu
Segitiga ini bisa membantu anak-anak untuk mencari volume atau waktu. Anak cukup menutup dengan tangan satuan apa yang ditanyakan dari soal debit. Sehingga anak akan tahu tanpa menghafal, bahwa :
Debit = Volume : Waktu,
Waktu = Volume : Debit
Volume = Debit x Waktu.

Ada juga yang menghafal rumus dengan mengganti huruf V, D, W dengan Isi DeWe. Isi (volume), De (debit), We (waktu) yang dalam bahasa Jawa, isi dewe = isi sendiri. Atau juga dengan menggunakan istilah Vokalis DeWa (Vokalis=volume, De=debit, Wa=waktu).

Contoh soal :
1. Menentukan Debit

Menentukan debit

Seorang petugas pom bensin sedang mengisikan bensin ke tangki sebuah mobil. Sebanyak 36 liter bensin diisikan dalam waktu 2 menit. Berapa liter/menit debit aliran bensin tersebut ?

Diketahui :
Volume = 36 liter
Waktu = 2 menit
Ditanyakan debit ?
Jawab :
Debit = Volume : waktu
         = 36 liter : 2 menit
         = 18 liter/menit
Jadi, debit aliran bensin adalah 18 liter/menit.

2. Menentukan Waktu

Menentukan waktu

Jika debit air 10 m3 /menit, maka untuk memenuhi kolam 160.000 liter. Berapa menit waktu yang diperlukan untuk memenuhi kolam tersebut ?

Diketahui :
Debit = 10 m3 /menit
Volume =  160.000 liter = 160.000 d m3 = 160 m3
Ditanyakan waktu ?
Jawab :
Waktu = Volume : Debit
           = 160 : 10
           = 16
Jadi, waktu yang diperlukan untuk memenuhi kolam adalah 16 menit.

3. Menentukan Volume

Menentukan volume

Suatu hari, debit air sungai Brantas 140 mm3/menit. Berapa cm3 volume air yang mengalir selama 8 jam ?

Diketahui :
Debit =  140 mm3/menit = 0,140 cm3/menit
Waktu = 8 jam = 480 menit
Ditanyakan Volume ?
Jawab :
Volume = Debit x Waktu
            = 0,140 cm3/menit x 480 menit
            = 67,2 cm3
Jadi volume air yang mengalir selama 8 jam adalah 67,2 cm3.


Untuk memantapkan materi debit, berikut video Pembelajaran dan beserta 10 soal pilihan ganda mengenai Debit - Matematika kelas 5 SD. Selamat Mengerjakan dan Selamat Menyaksikan !!!



10 Soal Pilihan Ganda 

1. Kecepatan 30 meter/detik = ..... km/jam
    a. 0,5
    b. 50
    c. 60
    d. 72

2. Sebuah mobil berjalan dengan kecepatan 54 km/jam. Jika kecepatan tersebut diubah ke dalam satuan meter/detik akan menjadi .....
    a. 10 meter/detik
    b. 15 meter/detik
    c. 18 meter/detik
    d. 20 meter/detik

3. 0,5 m3 – 150 liter + 7.000 ml = ….. liter
    a. 457
    b. 357
    c. 352
    d. 370

4. 36 m3/jam + 300 liter/menit = ….. liter/detik
    a. 11
    b. 15
    c. 18
    d. 25

5. Sebuah mobil pemadam kebakaran membawa 9.000 liter air. Air digunakan untuk memadamkan kebakaran selama 1 jam dengan debit air yang keluar dari selang 125 liter/menit. Berapa volume air yang tersisa?
    a. 500 liter
    b. 900 liter
    c. 1.250 liter
    d. 1.500 liter

6. Irwan dan Fahmi akan pergi ke rumah nenek. Irwan berangkat pukul 07.00 dengan kecepatan 30 km/jam. Fahmi baru berangkat pada pukul 07.20 dengan kecepatan 40 km/jam. Pukul berapa Fahmi dapat menyusul Irwan?
    a. 07.30
    b. 08.00
    c. 08.20
    d. 08.30

7. Paman menguras kolam ikannya yang bervolume 9.600 liter dengan pompa air. Kolam ikan dapat dikosongkan dalam waktu 32 menit. Berapa debit pompa air tersebut? 
    a. 3 liter/detik
    b. 4 liter/detik
    c. 5 liter/detik
    d. 6 liter/detik

8. Sebuah bak penampungan  berisi 1,2 m3 air. Di dasar bak terdapat lubang sehingga terjadi kebocoran dengan debit 3 liter/menit. Dalam berapa lama bak menjadi kosong?
    a. 5 jam
    b. 5 jam 30 menit
    c. 6 jam
    d. 6 jam 40 menit

9. Fahri bersepeda dengan kecepatan 3 meter/detik. Jika ia bersepeda selama 10 menit, berapa jarak yang ia tempuh?
    a. 30 meter
    b. 300 meter
    c. 1.800 meter
    d. 2.000 meter

10. Rahman akan pergi ke rumah neneknya yang berjarak 128 km. Jika ia mengendarai motor dengan kecepatan 40 km/jam, berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai dirumah nenek?
      a. 3 jam 8 menit
      b. 3 jam 12 menit
      c. 3 jam 24 menit
      d. 3 jam 40 menit


"Tidak ada yang sulit didunia ini, semua akan terasa sulit jika tidak dikerjakan dan berani untuk mencobanya. Jangan pernah takut untuk mencoba hal-hal baru. Lebih baik kita menyesal karena pernah melakukannya daripada tidak sama sekali".


Terima Kasih sudah mengunjungi Blog saya, Semoga Bermanfaat ya ...
Semangat terus ya untuk Adik-Adik semua !!!

Senin, 13 April 2020

Sebuah Pengawalan

        Awal, semua terkesan begitu sangat membingungkan. Ada sebuah awal yang memang kita mulai dari sebuah pengawalan, namun ada juga yang memang kita awali dari sebuah cerita lama yang mau tidak mau harus dilanjutkan. Tinggal yang mana yang ingin kita lanjutkan. semua tergantung dari dalam diri kita. Kadang disaat semua terasa sangat indah bagi diri, namun diri merasa masih ada yang kurang dan masih ada sesuatu yang bahkan tidak bisa untuk dirangkai bagaimana harus memulainya. Kekurangan dimana kita harus mengejar semua apa yang kita mau. Tidak ada lagi waktu dimana diri harus bermain-main lagi dengan sang waktu, sedangkan diri terus-terusan dikejar waktu. kadang ada masa dimana diri terlihat bosan dengan apa yang dilakukan, ingin rasa dimana diri ingin melakukan sesuatu yang baru. seolah merasa kurang namun waktu tak mengijinkan.
      Ketika, sesuatu itu ingin dimulai, ada saja halangan untuk memulai awal dari sebuah pengawalan, namun diri terus berusaha untuk tidak menyalahkan sang waktu. Manusia terlihat egois akan itu, terlihat egois lebih dari apa yang dia kira, bahkan sangat egois dari apa yang tidak ia rasakan sebelumnya. Namun, banyak sekali manusia tidak menyadari itu. Ada apa sebenarnya dengan keadaan diri yang tak kunjung menemukan apa yang diri  mau, seolah diri terus merasa kurang akan apa yang diri ini capai. Padahal semua bergantung dari apa yang kita punya. Tidak ada yang sulit ketika diri ingin berusaha, hanya saja terkadang manusia lebih mengedepankan ego yang membawanya menuju jurang keterpurukan.
     

Kamis, 09 April 2020

Pengaruh Keluarga Terhadap Proses Belajar Siswa, Keadaan Sosial Ekonomi Siswa dan Perlakuan Keluarga Terhadap Siswa Serta Faktor Pemahaman Siswa


A. Keluarga Sebagai Wahana Utama dalam Pendidikan Karakter Anak
Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter.  
Karakter didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai pihak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas moral dan mental, sementara yang lainnya menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya merubah atau membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual seseorang. Karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Sementara itu menurut Megawangi (2003), kualitas karakter meliputi sembilan pilar, yaitu (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) Tanggung jawab, Disiplin dan Mandiri; (3) Jujur/amanah dan Arif; (4) Hormat dan Santun; (5) Dermawan, Suka menolong, dan Gotong-royong; (6) Percaya diri, Kreatif dan Pekerja keras; (7) Kepemimpinan dan adil; (8) Baik dan rendah hati; (9) Toleran, cinta damai dan kesatuan. Jadi, orang yang memiliki karakter baik adalah orang yang memiliki kesembilan pilar karakter tersebut. Pendidikan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Erik Erikson yang terkenal dengan teori Psychososial Development juga menyatakan hal yang sama. Dalam hal ini Erikson menyebutkan bahwa anak adalah gambaran awal manusia menjadi manusia, yaitu masa di mana kebajikan berkembang secara perlahan tapi pasti. Dengan katalain, Karakter, seperti juga kualitas diri yang lainnya, tidak berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) yang dimulai dari lingkungan keluarga anak tersebut berada dan faktor lingkungan (nurture). Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan anak yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan dimulai dari keluarga sebagai wahana utama dan pertama, kemudian sekolah, maupun lingkungan yang lebih luas sangat berperan penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Dalam hal pembinaan karakter ini sendiri keluarga berperan memberikan pelajaran mengenai aturan main segala aspek yang ada di dunia ini, serta memberikan pemahaman mengenai aturan main dalam hubungan kemasyarakatan. Aturan main disini didefinisikan sebagai  aturan-aturan yang menetapkan apa yang salah dan apa yang benar, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang adil dan apa yang tidak adil, apa yang patut dan tidak patut. sehingga nantinya mampu menanamkan dan mengaplikasikan aturan main tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan sebaik-baiknya.

B. Aspek-Aspek Penting dalam Pendidikan Karakter Anak
Dalam membentuk karakter anak diperlukan syarat-syarat mendasar bagi terbentuknya kepribadian yang baik. Ada tiga kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi, yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental.
1. Maternal bonding (kelekatan psikologis dengan ibunya), merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang lain (trust) pada anak. Kelekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman sehingga menumbuhkan rasa percaya.Dengan kata lain, ikatan emosional yang erat antara ibu-anak di usia awal dapat membentuk kepribadian yang baik pada anak.
2. Kebutuhan akan rasa aman yaitu kebutuhan anak akan lingkungan yang stabil dan aman. Kebutuhan ini penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan yang berubah-ubah akan membahayakan perkembangan emosi bayi. normal bagi seorang bayi untuk mencari kontak dengan hanya satu orang (biasanya ibu) pada tahap-tahap awal masa bayi. Kekacauan emosi anak yang terjadi karena tidak adanya rasa aman ini diduga oleh para ahli gizi berkaitan dengan masalah kesulitan makan pada anak. Tentu saja hal ini tidak kondusif bagi pertumbuhan anak yang optimal.
3. Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental juga merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter anak. Menurut pakar pendidikan anak, seorang ibu yang sangat perhatian (yang diukur dari seringnya ibu melihat mata anaknya, mengelus, menggendong, dan berbicara kepada anaknya) terhadap anaknya yang berusia usia di bawah enam bulan akan mempengaruhi sikap bayinya sehingga menjadi anak yang gembira, antusias mengeksplorasi lingkungannya, dan menjadikannya anak yang kreatif.

C. Pola Asuh Keluarga dalam Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak
 Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) serta implementasinya terhadap prestasi belajar pada anak, sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
a. Otoriter
Yang dilakukan orang tua:
1) Memberikan tuntutan yang sangat tinggi terhadap kontrol dan disiplin kepada anak, tanpa memperlihatkan ekspresi cinta dan kehangatan yang nyata.
2) Menuntut anak untuk mengikuti standar yang ditentukan tanpa mengizinkan anak untuk mengungkapkan perasaannya.
3) Ingin anak mengikuti kehendaknya tanpa banyak bertanya. 4) Menutup diri dan menolak adanya diskusi.
Pengaruhnya pada anak:
1) Takut memperlihatkan hasil karyanya, karena takut dikritik yang akan diterimanya.
2) Tidak memiliki keberanian untuk mencoba hal-hal baru.
3) Tidak memiliki masalah dengan pergaulan kenakalan remaja.
4) Tapi memiliki pribadi yang kurang percaya diri, ketergantungan dengan orang tua tinggi, dan lebih mudah mengalami stress.
b.Permisif
Yang dilakukan orang tua:
1) Cenderung menghindari konflik dengan anak.
2) Membiarkan anak untuk melakukan apa pun yang diinginkan oleh anak.
3) Tak memberikan batasan yang jelas apa yang boleh dan apa yang tidak boleh.
4) Takut memberikan larangan karena dianggap terkesan tidak mencintai anak.
Pengaruhnya pada anak:
1) Merasa boleh berbuat sekehendak hatinya.
2) Memiliki rasa kepercayaan diri dan kemampuan bersosialisasi yang cukup besar.
3) Namun akan mudah terseret pada bentuk kenakalan remaja dan memiliki prestasi sekolah  yang rendah. Anak tidak mengerti norma-norma social yang harus dipenuhinya.
4) Anak menjadi bingung, karena ia merasa tidak salah tetapi mendapat penilaian buruk dari orang lain akibat kurangnya pemahaman terhadap norma yang dimilikinya.
c. Otoritatif (Demokratis)
Yang dilakukan orang tua:
1) Memberi kontrol terhadap anak dalam batas-batas tertentu, dengan tetap memberikan dukungan, kehangatan dan cinta kepada anak.
2) Memonitor dan menjelaskan standar dengan tetap memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi.
3) Menghargai prestasi yang telah dicapai anak, sekecil apa pun yang telah diperlihatkan oleh anak.
Pengaruhnya pada anak:
1) Merasa bahwa dia dihargai.
2) Dapat berdiskusi dengan leluasa dengan orang tua tanpa takut dikritik atau disalahkan.
3) Merasa bebas mengungkapkan kesulitannya, kegelisahannya kepada orang tua karena ia tahu bahwa orang tua akan membantu memberikan jalan keluar tanpa mendiktenya.
4) Tumbuh menjadi individu yang mampu mengontrol dirinya sendiri, betanggung jawab dan mampu bekerjasama dengan orang lain.

D. Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa
     Menurut Ngalim Purwanto (2007), menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran yang baik dibutuhkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain faktor individual dan faktor sosial. Faktor individual yaitu faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam pembelajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Berdasarkan pendapat Ngalim Purwanto tersebut dapat diketahui bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan prestasi belajar siswa adalah faktor individual dan faktor sosial. Faktor sosial di antaranya faktor keluarga/ keadaan rumah tangga karena faktor tersebut sangat menentukan, untuk memenuhi kebutuhan diri siswa berada di dalam lingkungan rumah tangga maupun di sekolah.
Pada saat belajar di rumah siswa memerlukan berbagai fasilitas untuk mendukung proses belajar seperti alat belajar dan alat tulis lainnya. Jika perlengkapan siswa yang dibutuhkan tidak terpenuhi maka berdampak pada menurunnya motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar yang dicapai oleh siswa kurang optimal.
Orang tua dengan penghasilan kecil dan gaji di bawah UMR sebagai karyawan pabrik tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Hal ini dapat berdampak kurang konsentrasi saat anak belajar. Apabila ini tidak segera mendapat penanganan yang serius maka dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Pendapatan orang tua yang kecil menyebabkan kurangnya fasilitas belajar yang dimiliki anak, perhatian dalam belajar yang dilakukan orang tua terhadap anaknya juga kurang karena orang tua sibuk mencari tambahan penghasilan. Semangat belajar anak menurun seperti dalam mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) tidak dikerjakan di rumah, akhirnya dikerjakan di sekolah atau tidak dikerjakan. Melihat fakta ini kemampuan ekonomi orang tua diduga berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam mencapai prestasi belajar yang optimal.

A.    Faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa
      Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman menurut munadi antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
     Faktor fisiologis dan faktor psikologis dalam pengertian faktor fisiologis seperti kebiasaan yang prima. Tidak dalam keadaan lelah atau capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Sedangkan factor psikologis dalam hal ini peserta didik faktor psikologis dalam hal ini pesrta didik pada dasarnya memiliki kondisi yang berbed- beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya siswa beberapa faktor psikologis meliputi : intelegensi (IQ), perhatian, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik.
b. Faktor Eksternal
    Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor tersebut dapat dibagi menjadi 1 faktor lingkungan dan faktor non sosial:
1) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru,para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar. Misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar.
2) Lingkungan Non-sosial Faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah letaknya, rumah dan letaknya, alat-alat belajar,keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.






Ketidaksukaan jangan jadi “Kutukan”

Pagi yang kataku kelam mulai menyapa, Detik menit jam mulai berjalan, yahhh, seperti biasa, bangun tidur, dilanjutkan dengan Shalat subuh,...